Cut Nyak DhienKarya: Vio Ratnasari. Suara meriam menggelegar di telingamu. kau berjalan tertatih-tatih menyelamatkan buah hatimu. setelah perjuangan panjang. suamimu kalah dalam medan perang. meninggalkanmu sendiri. Namun semangat juangmu tak pernah surut. telah banyak darah yang mengalir tumpah.
Ketika Perang Aceh meletus pada 1873, Cut Nyak Dien memimpin perang di garis depan melawan pasukan Belanda yang bersejata lebih lengkap. Cut Nyak Dien dikenal sebagai panglima perang yang tangguh di wilayah VI Mukin. Setelah bertahun-tahun bertempur, pasukan yang dipimpin Cut Nyak Dien makin terdesak. Demi menghindari kejaran pasukan Belanda
Sebelah utara berbatasan dengan laut di pantai utara bagian barat Aceh Besar. Cut Nyak Dien lahir dari keluarga bangsawan dari garis keturunan ibunya. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia yang merupakan tokoh masyarakat setempat. Teuku Nanta Setia sendiri merupakan keturunan dari Machmoed Sati, seorang perantau asal Minangkabau, Sumatera Barat.
Di dalam tahanan, Cut Nyak Dien di juluki dengan nama “Ibu Perbu”, karena di anggap sebagai perempuan yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni. Cut Nyak Dien di tahan bersama seorang ulama bernama Kiyai Ilyas. Karena faktor usia, Cut Nyak Dien meninggal di Sumedang pada tanggal 6 November 1908.
Bukan Kartini atau Cut Nyak Dien. K Nisa. Perempuan Terhebat, 40-45, 2022. 2022: Antologi Puisi Guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu, 479, 2018. 2018:
s3TKpF.